Setiap tahun, jumlah kendaraan
bermotor (mobil dan sepeda motor) terus meningkat. Pertumbuhannya mencapai 400
ribu unit per tahun (mobil) dan sekitar 4,5 juta unit per tahun (sepeda motor).
Setiap satu motor, kini dipakai sekitar 4-6 orang. Artinya, hampir setiap satu
keluarga (rumah) selalu memiliki sepeda motor.
Jumlah kendaraan yang terus
meningkat itu, sayangnya tidak diimbangi dengan jumlah infrastruktur (jalan)
yang baik. Akibatnya, kemacetan terjadi di mana-mana, terutama Jakarta.
Harus diakui, banyak pemilik
kendaraan yang masih kurang terampil dalam mengendarai sepeda motor. Kebutuhan
yang mendesak akan transportasi yang murah dan cepat mengakibatkan banyak orang
memaksakan diri untuk memiliki sepeda motor, walaupun kurang cakap dalam
berkendaraan. Surat Ijin Mengemudi (SIM) pun mereka dapatkan dengan cara yang
instan, tanpa melalui ujian.
Sejumlah persoalan di atas
berdampak terhadap tingkat kecelakaan kendaraan bermotor yang relatif tinggi.
Sepanjang tahun 2007 silam, berdasarkan data Lantas Polda Metro Jaya, jumlah
kecelakaan di Jakarta
mencapai 5.154 kejadian. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya
sebesar 4.407 kejadian. Namun demikian, tentu patut disyukuri, karena jumlah
korban meninggal dunia berhasil diturunkan dari 1.128 korban meninggal menjadi
999 korban.
''Polda Metro Jaya bersama-sama
dengan masyarakat seperti produsen kendaraan bermotor, komunitas (klub)
kendaraan, sekolah, perguruan tinggi, tukang ojek dan lainnya, berupaya
meningkatkan kesadaran masyarakat dengan cara mengampanyekan berkendaraan yang
baik dan benar. Istilahnya Safety Riding,'' kata Kasi Dikmas Dirlantas Polda
Metro Jaya, Kompol Warsinem, beberapa waktu lalu.
Masih merujuk data Polda Metro
Jaya, dari angka kejadian itu, usia pelaku pelanggaran (kecelakaan), didominasi
usia produktif, yaitu 21-30 tahun. Angkanya mencapai 1.444 orang. ''Karena itu,
kami menghimbau dan mengajak seluruh lapisan masyarakat, untuk bersama-sama
meningkatkan kewaspadaan saat berkendaraan. Patuhi rambu-rambu lalu lintas dan
berkendaraanlah dengan baik dan benar,'' ajak Warsinem.
Dengan makin tingginya jumlah
pelaku berusia produktif, Warsinem berharap, lembaga pendidikan memasukkan pelajaran
tentang aturan lalu lintas dan tehnik berkendaraan yang baik dan benar dalam
kurikulum. ''Usia pelaku dan korbannya makin memprihatinkan. Karenanya, jika
materi tersebut bisa masuk, setidaknya sebagian masyarakat mengenal tentang
peraturan lalu lintas dan mengerti cara berkendaraan yang baik dan benar,''
jelasnya.
Warsinem menyatakan, dari
berbagai kecelakaan yang ada, ada tiga faktor utama penyebabnya, yaitu manusia
(pengendara), kendaraan dan lingkungan. Dari tiga faktor utama tersebut,
diklasifikasikan lagi menjadi 15 penyebab.
Untuk faktor manusia, kata
Warsinem, penyebabnya antara lain karena lengah, tidak terampil, mengantuk,
mabuk, lelah, tidak tertib dan berkendaraan dengan menggunakan handphone.
Angkanya mencapai 4.229 kali (2007) dibandingkan dengan tahun 2006 sebanyak
3.092 kali.
Adapun untuk faktor kendaraan,
penyebabnya adalah rem, ban, kemudi, lampu, dan kendaraan tidak laik jalan.
Jumlah kejadiannya sebanyak 580 kali, atau mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2006 sebanyak 823 kali. ''Sedangkan faktor lingkungan, penyebabnya adalah
jalan berlubang, rusak dan licin,'' ujarnya. Jumlahnya, jelas ibu dua anak ini,
mencapai 345 kali, atau turun dari tahun lalu sebanyak 492 kali.
Warsinem menegaskan, dari
berbagai jenis penyebab kecelakaan tersebut, pengendara yang tidak terampil
berkendaraan dan kecelakaan karena jalanan berlubang, menempati urutan teratas
dari semua kecelakaan yang ada. Karena itu, pihaknya mengharapkan peran serta
Pemerintah Daerah, Dinas Perhubungan (Dishub) dan Dinas Pekerjaan Umum (PU)
untuk memperhatikan infrastruktur jalan yang kini banyak berlubang akibat hujan
lebat.
Untuk mengurangi tingkat
kecelakaan ini, Dirlantas Polda Metro Jaya, bersama-sama dengan produsen
kendaraan bermotor seperti Astra Honda Motor (AHM) dan Yamaha Motor Kencana
Indonesia (YMKI) mengampanyekan pentingnya berkendaraan yang baik dan benar
melalui pelatihan Safety Riding yang berkelanjutan, mulai dari anak sekolah
hingga tukang ojek.
Polda Metro Jaya sendiri, kini
menyiapkan 13 program pelatihan berkendaraan yang baik dan benar untuk
masyarakat ini. Di antaranya, Safety Riding Goes to School/Campus, Polisi Mitra
Masyarakat dan pembuatan area pelatihan berkendara.
Yamaha menggelar sejumlah kegiatan untuk mengampanyekan keselamatan berkendara
ini. Vice President YMKI, Dyonisius Beti mengungkapkan, mengurangi tingkat
kecelakaan berkendaraan tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga
tanggung jawab dan kesadaran semua pihak. ''Mulai dari produsen kendaraan
bermotor, pemerintah, konsumen dan lembaga terkait harus memiliki komitmen yang
sama dalam mewujudkan berlalu lintas yang baik,'' paparnya.
Begitu juga dengan Honda. Pabrikan berlogo sayap ini, secara konsisten
mengampanyekan keselamatan berkendaraan. Pekan silam, saat perayaan
ke-20 juta unit di Parkir Barat, Pekan Raya Jakarta (PRJ) Kemayoran, AHM
meluncurkan program Honda Safety in Action (HSA).
Executive Vice President AHM,
Siswanto Prawiroatmodjo mengungkapkan, HSA ditujukan untuk memberikan edukasi
para pengendara motor mengenai keselamatan berkendaraan. ''Edukasi Safety
Riding sangat penting, mengingat angka kecelakaan makin tinggi. Kecelakaan
terjadi tidak hanya oleh kondisi kendaraan dan jalan raya yang tidak baik, tapi
juga faktor pengendaranya sendiri karena tidak terampil,'' jelas Siswanto.
''Kami akan secara kontinyu
mengampanyekan keselamatan berkendaraan ini kepada masyarakat,'' tegas Presdir
AHM, Miki Yamamoto.
Source: Republika.co.id
|